Barack Husein Obama on the way

01 April 2008 0 komentar

Tidak pernah terjadi dalam sejarah, itulah yang terjadi dalam konvensi partai Demokrat, dua kandidat bersaing ketat, saling mengungguli untuk memenangkan konvensi tersebut. Untuk menjadi nominator calon presiden, seorang calon harus memperoleh 2.025 delegasi.

Kandidat calon presiden dari partai Demokrat, senator Barack Husein Obama dan Hillary Clinton, sama-sama bersaing untuk mencapai nominator tersebut. Setelah menang di negara bagian Maryland, Obama juga kembali memperoleh kemenangan di negara bagian Mississipi. Suara delegasi yang diperoleh Obama memang tidak beda jauh dengan Hillary. Obama sementara ini memperoleh 1.596 suara delegasi, sedangkan Hillary hanya kalah tipis dengan perolehan suara delegasi 1.484. Benar-benar issue yang menarik dalam politik dan proses demokrasi Amerika Serikat.

Pasca peristiwa “Super Tuesday”, Obama diartikan banyak kalangan sebagai politisi yang mampu memainkan konstelasi politik dengan sinergis dan komprehensif. Dan nampaknya angin politik di Amerika Serikat sedang berfihak kepada Obama, sang senator yang pernah tinggal di Jakarta tersebut.

Jalan menuju kemenangan sudah terlihat jelas di mata Obama. Bahkan secara tidak langsung, dapat dikatakan Obama akan menjadi pesaing kuat John McCain, calon terkuat dari partai Republik. Hasil penghitungan sementara suara delegasi dari partai Demokrat memang masih simpang-siur(bisa berubah), hal ini mengingat masih ada negara bagian Wisconsin dan Hawaii, kota Obama. Dan bagian Ohio dan Texas sebagai basis dukungan Hillary.

Usia Obama yang masih muda memang menjadi daya pikat tersendiri. Ditambah dengan issue perubahan, maka ini akan menjadi sebuah ancaman untuk McCain pada pemilihan presiden nanti jika keduanya menjadi calon presiden Amerika Serikat.

Tidak mudah pula bagi Obama menghadapi McCain. Bush Junior memberikan dukungan dan mengandalkan McCain untuk merebut suara kaum konservatif. Namun lagi-lagi hal tersebut dipatahkan dengan berbagai riset di Amerika Serikat, hasil riset tersebut lebih banyak mengatakan bahwa pemilihan presiden Amerika Serikat kali ini kemenangan akan berfihak pada partai Demokrat. Menurunnya citra pemerintahan Bush dan partai Republik sendiri yang secara tidak langsung memberikan keuntungan pada partai Demokrat.

Gejala menurunnya citra pemerintahan presiden Bush, dapat kita lihat dari kekecewaan masyarakat Amerika Serikat atas beberapa kebijakan pressiden Bush yang sangat kontroversial. Misalnya agresi militer ke Iraq dan hegemoni minyak di kawasan Timur Tengah. Kebijakan yang arogan tersebut cenderung menguntungkan partai Demokrat.