Zuhairi Misrawi Impikan 'Laboratorium Demokrasi'

23 Maret 2009

Lahir dari tradisi Nahdaltul Ulama (NU), Zuhairi Misrawi tak merasa canggung jadi calon anggota legislatif (caleg) dari PDI Perjuangan untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur XI dengan nomor urut dua. Zuhairi termasukd caleg muda, karena saat ini baru berusia 31 tahun.

Sebelum berkecimpung di politik praktis, Alumus Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, ini lebih banyak bergelut dalam dunia Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi kemasyarakatan. Seperti saat di Kairo, Mesir, seabrek aktivitas sosial Zuhairi terutama di bidang jurnalistik.

Seperti menjadi Redaktur Pelaksana (Redpel) Jurnal NUANSA Pengurus Cabang Internasional (PCI) NU Kairo, Mesir, Pemred Jurnal OASE di Kairo, Mesir, dan beragam media kemahasiswaan di Al-Azhar di Kairo lainnya.

Setelah menamatkan studi S-1 di Kairo, Zuhairi juga terlibat aktif di Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Masyarakat (Lakpesdam) NU, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), serta lembaga sosial kemasyarakatan lainnya.

Bahkan saat ini, Zuhairi sebagai Koordinator Program P3M serta Direktur Moderate Moslem Society (MMS). Selain itu, beberapa buku telah ia terbitkan termasuk tulisan dan opini yang kerap dimuat di media cetak nasional.

Eksistensi Zuhairi di dunia politik praktis dengan keterlibatannya di PDI Perjuangan, tidak terlepas sejak kehadiran Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi). Bermula dari keterlibatannya di sayap organisasi Islam PDI Perjuangan, Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi). Bahkan di dalam struktur Bamusi, Zuhairi menduduki posisi Ketua Bidang Hubungan Antar-Agama.

Alasan keterlibatan diri Zuhairi di politik praktis, menurut dia, harus memiliki makna penting dari transformasi politik menuju politik transformatif. Politik transformatif yaitu kepastian bahwa masyarakat menikmati perubahan dengan lahirnya kebijakan-kebijakan politik yang memihak kepentingan rakyat.

Menurut Zuhairi, politik transformatif dapat tercapai jika menggunakan khazanah kebangsaan yang pernah dilakukan bapak pendiri bangsa (founding fathers), yaitu sang proklamator Bung Karno. Menurut dia dengan Trisila (tiga sila) yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan yang berkeadaban, politik transformatif dapat tercapai.

Dengan demikian, postur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Zuhairi memandangnya final dalam politik. Selain itu, ia juga menilai Pancasila dan UUD 1945 menjadi pijakan dalam berbangsa dan bernegara.

Dapil Jatim XI sebagai tempat pemilihan Zuhairi Misrawi, bukanlah daerah yang asing bagi Zuhairi. Pria yang lahir di Sumenep 31 tahun silam ini menjadi andalan PDI Perjuangan untuk meraih minimal dua kursi. Bila dalam Pemilu 2004, PDI Perjuangan hanya meraih satu kursi, Pemilu 2004 diharapkan minimal mendapatkan dua kursi.

Menurut Zuhairi, jika kelak dirinya terpilih sebagai wakil rakyat, dirinya memiliki obsesi kuat untuk membuat laboratorium demokrasi di Madura.

Potensi Madura untuk berubah dengan pola dari bawah ke atas (bottom up) sangat terbuka lebar. Menurut Zuhairi, diperlukan terobosan-terobosan baru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, teknologi pertanian dan kelautan, infrastruktur, industri dan kebudayaan lokal.

0 komentar:

Posting Komentar